Wednesday, April 26, 2006

Menulis: bagi saya, bukan hanya suatu tindakan mengutakngatik bentuk bahasa agar indah dibaca dan membuat orang lain puas.
Menulis: bagi saya, adalah bentuk perwujudan kebebasan jiwa manusia untuk berpikir dan merasa, yang penting saya (yang menulis) puas.
Jadi, jangan larang saya menulis apa yang saya ingin tulis tentang apa yang saya pikir dan saya rasa dalam bentuk yang saya mau. Terserah saya!!! toh saya yang menulis. Terserah kalian!!! mau suka atau tidak, mau bangga atau kecewa.
Bahkan menulis essay yang saya tidak suka pun adalah perwujudan kebebasan jiwa saya yang ingin sekolah. Nah, kenapa saya tidak boleh menulis lagi bulletbullet(in) yang bodoh?? toh bukan berarti saya menjadi bodoh karena menuliskannya, bahkan terlalu pintar sehingga bisa mengatur level penulisan sekehendak hati saya. Lagian, siapa kamu??!! yang bisa menilai bahwa tulisan saya adalah tulisan ga berbobot, bagaimana kamu tau seberapa dalam bobot tulisan itu bagi saya? Kalau kamu bilang tulisan saya bodoh, jangan baca bulletbullet(in) itu, nanti kamu jadi (tambah) bodoh..!!!
Lagian, dari awal.. kenapa juga sih kamu suka ngaturngatur saya? Dari cara saya berbaju, berinteraksi dengan orang lain, sampaisampai rambut saya pun diatur kamu..!?! Saya suka kamu sebagai teman yang saya pikir pintar (ternyata kamu kurang pintar bergaul dengan manusia lain yang berparameter berbeda dari kamu). Kata sweety pie saya, manusia itu bebas tanpa batas.. nah, jadi kamu ga boleh batasbatasi saya.. toh saya ga pernah batasbatasi kamu, yang ada saya cuma coba ngertiin parameter hidup kamu; kalo ga cocok sama punya saya, yah itu urusan kamu.
Sudahlah, saya masih ingin berteman dengan kamu. Walaupun nilainilai hidup kamu bertabrakan dengan sukasuka hidup saya. Oh, ya.. saya suka cheese pie yang kamu bawa untuk saya (beli dimana sich?), akan semakin enak bila kamu tutup mulut tentang bulletbullet(in) saya.

Seandainya kamu ga gampang sakit hati, pasti tulisan ini udah tersemprot di muka kamu. Sayang, kamu mudah depresi dan terlalu sensitif. Belum lagi mulut kamu yang kebocoran embernya udah sampai titik kronis. Hei, terserah kamu.. toh itu cara kamu menghadapi hidup. Dan ini cara saya membebaskan pikiran dan rasa saya.

1 comment:

Anonymous said...

I'm impressed with your site, very nice graphics!
»